.quickedit{ display:none; }

Kamis, 17 November 2016

LAPORAN FIELDTRIP (MIKROBIOLOGI PRODUK PERIKANAN)



PT. PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA
MIKROBIOLOGI PRODUK PERIKANAN
Dosen : Dr. Nur. Alam Kasim, S.Pi., M.Si








DiSusun Oleh:
IRHAM SAKKA
1522050132



AGRIBISNIS PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah swt atas berkat rahmatnya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Field trip “SIFAT FISIKA DAN ORGANOLEPTIK PRODUK PERIKANAN“ ini dengan tepat waktu. salam dan salawat semoga tetap tercurah limpahkan kepada amirul mukminin rasulullah Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis mengucakan terimah kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan  laporan ini  sehingga dapat tersusun sesempurna mungkin. Diluar dari ketidak sempurnaan penulis sebagai manusia biasa sehingga dalam penulisan laporan ini penulis sadari bahwa  belum sempurna         oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang ditunjukan terkhusus kpada pengasuh modul demi terbentuknya laporan ini sesuai dengan yang di harapkan. semoga laporan ini dapat bermamfaat bagi semua pihak terkhusus buat penulis peribadi.


Mandalle, 10 november 2016

                                                                                 Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Produk perikanan sangat bermamfaat bagi kesehatan. Terlebih lagi produk perikanan air laut. Pada produk perikanan air laut, dapat di katakan memiliki kandungan gizi yang komplit, yang sangat di butuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan otak.
Pada PT. PHILIPS SEAFOOD INDONESIA, mengolah produk perikanan berjenis rajungan, yang kandungan gizi serta mamfaat lainnya sangat tinggi, serta bernilai ekonomis.
B.        Tujuan
Untuk mengetahui Komposisi yang terdapat pada produk rajungan di PT. PHILIPS SEAFOOD INDONESIA
C.        Rumusan Masalah
Seperti apakah komposisi Mikrobiologi pada daging rajungan di PT. PHILIPS SEAFOOD INDONESIA ?

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.       Klasifikasi Rajungan
Dilihat dari sistematikanya, rajungan termasuk ke dalam:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Eumetazoa
Grade : Bilateria
Divisi : Eucoelomata
Section : Protostomia
Filum : Arthropoda
Kelas : CrustaceaSub Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Reptantia
Seksi : Brachyura
Sub Seksi : Branchyrhyncha
Famili : Portunidae
Sub Famili : Portunninae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus

Dari beberapa jenis kepiting yang dapat berenang (swimming crab), sebagian besar merupakan jenis rajungan








BAB III

METODOLOGI

A.      Waktu dan tempat

      Hari/Tanggal      :  SELASA , 08 november 2016
      Waktu                :  04.45-Selesai
      Tempat               :  PT. PHILIPS SEAFOOD INDONESIA
B.     Adapun alat dan bahan dalam kegiatan field trip ini yaitu :
1.      ALAT  DAN BAHAN
2.      Kertas HVS
3.      Alat tulis menulis (Kertas HVS dan Pulpen)
4.      Almamater
5.      HP
C.     Metode pelaksanaan
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan berdasarkan metode:
1.      Tinjauan kepustakaan.
2.      Penelitian lapangan
3.      Metode wawancara















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Klasifikasi rajungan
Dilihat dari sistematikanya, rajungan termasuk ke dalam:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Eumetazoa
Grade : Bilateria
Divisi : Eucoelomata
Section : Protostomia
Filum : Arthropoda
Kelas : CrustaceaSub Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Reptantia
Seksi : Brachyura
Sub Seksi : Branchyrhyncha
Famili : Portunidae
Sub Famili : Portunninae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus

B.       Mikrobiologi Pada Rajungan
       Rajungan adalah produk perikanan yang mudah mengalami proses pembusukan sesuai dengan kodratnya, yakni mahluk yang memiliki kandungan air yang banyak. Proses pembusukan ini di mulai setalah jenis ini mengalami kematian, kemudian bakteri mulai merusak daging dan segala yang ada pada dirinya. Tobin dan Mc Cleskey di dalam vieger dan Novak (1961) flora dan bakteri dari daging rajungan segar hasil tangkapan menggambarkan lingkungan dimana kepiting tersebut di tangkap dan memperlihatkan kualitas serta jumlah bakteri yang berbeda beda tergantung dari musim, kualitas air dal letak geografis.
       Dalam pengawetan rajungan atau perikanan yang lainnya, semua usaha telah di lakukan untuk memusnahkan atau setidak tidaknya menghambat pertumbuhan bakteri bakteri merugikan, termasuk jenis mikro organisme liannya. Suhu lingkingan menjadi salah satu syarat agar bakteri tetap hidup secara normal, dan suhu pada ikan hidup masih rendah sehingga mikroorganisme itu tidak tumbuh dengan baik. Akan tetapi, setelah heean atau rajungan itu mati, suhu hewan berangsur angsur naik dan akan sewaktu waktu memungkinkan bagi pertumbuhan bakteri pembusuk.
1.      Mikroba Pembusuk.
      Secara umum bakteri gram negativ dari golongan pseudumonas dan achromobacter yang dapat menghasilkan asam dan aldehid adalah yang memegang peran besar dalam pemususkan ikan, di susul oleh flavobacterium. Ketiga bakteri ini menyebabkan hasil perikanan menjadi basi, dan makin lama akan menbusuk. Golongan Lactobateriaceae dan pediocoaccus midalnya P.halophilus dan P. Cereviceae dapat menimbulkan timbulnya asam bebas. Dari golongan bakteri lactobasili, koki, dan streptokoki, dan yeast yang dapat menyebabkan kerusakan dengan menghasilkan asam, yaitu berperan dalam fermentasi asam laktat dari gula. Bacteri leuconostoc mecenteroides dapat mengubah gula reduksi menjadi dekstran yang dapat menutupi seluruh permukaan tubuh berupa lendir. Telah di ketahui pula, golongan pseudomonans dapat memecah rangkaian karbohidrat dengan enzim enzim oksidase yang di hasilkan kemudian menghasilkan pewarnaan pada ikan.
      Kepiting/rajungan segar yang kemudian mengalami pengawetan membawa bakteri patogen yang berasal dari lingkungan laut. Clostridium batulinum type E, merupakan jenis umum yang paling sering di temukan di dalam lingkungan laut. Vibrioumumnya juga di temukan pada lingkungan laut dan merupakan flora alami hewan laut. Di samping itu terdapat sejumlah bakteri patogen dari lingkungan yang dapat mengkontaminasi daging selama proses seperti salmonella, E. Coli Patogen, yersinia, Listeria, dan Campylobacter.
2.      Mikroba Patogen
      Kepiting, dan rajungan memiliki banyak kandungan Bacillus, Micrococcus, Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, dan proteus. Selain itu ada juga bakteri yang bersifat patogen seperti Clostridium, Shigella, dan Vibrio.
      Banayak usaha untuk mengurangi bakteri dari bagian luar bdan hewan, misal denga pencucian sebaik baiknya, penggunaan es yang mengandung anti bakteri dan bermacam macam pemakaian zat kimia yang lainnya. Namun cara cara tersebut umumnya mahal, dan memerlukan waktu yang lama, walapun hasilnya kadang kadang cukup memeuaskan.
      Selama penyimpanan dingin dari daging rajungan, terdapat spesias bakteri yang menonjol yaitu : Moraxella, Pseudomonas, AcinotobacterFlavobacterium, Athrobacter, Bacillus, Micrococcus, Staphylococcus, dan proteus yang ada selama proses merupakan sisa sisa yang berasal dari rajungan atau kepiting mentah.



















     BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
       Rajungan adalah produk perikanan yang mudah mengalami proses pembusukan sesuai dengan kodratnya, yakni mahluk yang memiliki kandungan air yang banyak. Proses pembusukan ini di mulai setalah jenis ini mengalami kematian, kemudian bakteri mulai merusak daging dan segala yang ada pada dirinya. Tobin dan Mc Cleskey di dalam vieger dan Novak (1961) flora dan bakteri dari daging rajungan segar hasil tangkapan menggambarkan lingkungan dimana kepiting tersebut di tangkap dan memperlihatkan kualitas serta jumlah bakteri yang berbeda beda tergantung dari musim, kualitas air dal letak geografis.
       Dalam pengawetan rajungan atau perikanan yang lainnya, semua usaha telah di lakukan untuk memusnahkan atau setidak tidaknya menghambat pertumbuhan bakteri bakteri merugikan, termasuk jenis mikro organisme liannya. Suhu lingkingan menjadi salah satu syarat agar bakteri tetap hidup secara normal, dan suhu pada ikan hidup masih rendah sehingga mikroorganisme itu tidak tumbuh dengan baik. Akan tetapi, setelah heean atau rajungan itu mati, suhu hewan berangsur angsur naik dan akan sewaktu waktu memungkinkan bagi pertumbuhan bakteri pembusuk.

B.       Saran
Setelah mengertahui kandunga mikrobiologi pada rajungan tersebut, di harapkan mahasiswa mampu menerapkan teori dan pengalaman dari field trip ini terhadap kehidupan sehari hari, baik mahasiswa itu sendiri maupun untuk orang lain.







 DAFTAR PUSTAKA
http://google.co.id/q=pengaruh-Lama+Penyimpanan-Daging-Rajungan_(Portunus pelagicus)_Rebus-pada+Suhu-Kamar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar